Oleh: Romo Pascal
Ada majikan-majikan yang begitu baik hati memperlakukan PRT layaknya keluarga sendiri. Seperti anak, seperti saudari. Mereka dihormati, didengar, diberi ruang untuk tumbuh.
Tapi ada juga… yang membungkam dengan kuasa. Yang mengendalikan segalanya: gaji, makan, waktu, bahkan izin untuk sekadar keluar rumah. Yang menyelipkan perintah dalam balutan “kebaikan”. Yang menyamarkan kekerasan sebagai “pendidikan”. Yang mengubah ketakutan jadi “loyalitas”.
Di dalam rumah, relasi kuasa tidak selalu tampak… tapi terasa. Terasa ketika satu suara lebih dipercaya, dan yang lain harus diam. Ketika PRT dipaksa menjadi “pengawas”, dan PRT lainnya hanya bisa tunduk. Ketika kekerasan dibiarkan tumbuh dari bawah, dianggap biasa, dan terus diulang.
Ini bukan hanya hubungan kerja. Ini adalah siklus. Penindasan → Diam → Pengulangan. Dan semua itu terjadi… karena kekuasaan dibiarkan tanpa batas. Sudah saatnya kita memutus siklus ini.
Sudah saatnya melihat PRT bukan sebagai alat, tapi sebagai manusia.
📢 RUU Perlindungan PRT harus disahkan. Agar rumah tak lagi menjadi tempat kekejaman tersembunyi. Pekerja rumah tangga bukan milik siapa pun. Mereka layak hidup aman, dihormati, dan didengar. (red)